SD Muhammadiyah tampak begitu rapuh dan
menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara
Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya
justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang
mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
Kesulitan terus menerus membayangi
sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua
orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan
ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha
mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang
nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan
murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa
bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.
Download novelnya disini.
0 komentar:
Posting Komentar