Keesokan harinya aku terkejut dengan perubahan
mataku. Mataku sembab. “Aduh… gue harus jawab apa kalo temen-temen gue di
kampus nanya? Apa gue harus bilang kalo gue abis nangisin Darma? Arghh… ya
nggaklah… gila apa gue???”
Dengan cepat aku langsung lari ke dapur,
kalau-kalau aja masih ada timun sisa merujak kemarin. Timun yang dicari aku
dapatin, langsung aku potong dan aku usapkan ke mataku agar lebih sedikit
segar. Walaupun masih sedikit sembab, aku harus pergi ke kampus karena hari ini
ada ujian mid semester.
Aku sengaja berangkat pagi-pagi agar saat jalan
menuju kelas belum banyak mahasiswa-mahasiswa lain yang sudah datang. Karena
tengsinlah kalo jalan di keramaian dengan mata sembab gini. Saat tiba di kelas,
aku terkejut bukan main. “Huh…! Kenapa pagi ini begitu banyak kejutan, sih??”
batinku. “kenapa harus Darma orang yang melihat mataku seperti ini.”
“Darma? Tumben dating pagi??” tanyaku basa basi,
sambil meletakkan tas di kursi yang cukup jauh jaraknya dengan kursi dimana
Darma duduk.
“lagi pengen dating pagi aja,” jawabnya singkat.
Dan tidak aku sadari dia sudah berdiri disampingku.
“kenapa duduk disini? bukannya loe biasanya duduk
disana,” ucap Darma sambil menunjuk kursi yang berada tepat di tempat dia duduk
tadi.
“ehm…,” aku bingung harus jawab apa. “ehm.. kayak
jawaban loe tadi, gue juga lagi pengen duduk disini aja.” Jawabku sekenanya.
“tapi, masalahnya lo nggak boleh melakukan hal-hal
yang diluar kebiasaan loe,” ucap Darma sambil mengambil tasku dan membawanya,
kemudian diletakkannya di kursi yang dia tunjuk tadi.
“Heh!! Kenapa bisa gitu? Emang siapa loe
ngatur-ngatur gue ?” ucapku sambil sedikit menggerutu.
“Heh!! Entar lo juga tau siapa gue buat elo.”
“Maksud lo??” tanyaku karena aku benar-benar
bingung dengan tingkah satu cowok ini.
“Duduk!!” Darma menyuruhku duduk dikursi yang ia
letakkan tasku tadi. Dan akupun menurut saja. Setelah aku duduk, tiba-tiba
darma berlutut di depanku dan memegang tanganku.
“Lo kenapa sih?? Salah minum obat ya pagi ini??”
tanyaku sambil menarik tanganku.
Darma kembali meraih tanganku. “sekarang gue mau
lo jujur. Kenapa lo mutusin chat tadi malem? Kenapa SMS gue nggak lo bales??
Trus kenapa mata lo sembab kayak gitu?? Itu semua karena gue khan??
“Hah!! Nggak usah sotoy deh!!” ucapku sambil
beranjak dari kursi. Tapi dengan sigap Darma memegang pundakku dan membuatku
terduduk kembali.
“sekarang lo tatap mata gue!” akupun melakukan
yang dia perintahkan. “sekarang lo bilang apa yang gue bilang tadi salah!!”
“gue…,” aku memalingkan wajahku dari wajah Darma.
“kenapa? Apa yang gue bilang tadi bener?” tanyanya
lagi.
Aku menarik nafas panjang. “kalo iya kenapa?! Apa
lo akan minta ke gue untuk menghilangkan rasa itu? Apa lo akan bilang kalo gue
nggak pantas buat lo? Apa gue…,” kata-kataku terputus, karena Darma menutup
mulutku dengan jarinya.
Di luar dugaanku, aku sekarang melihat senyum
Darma yang mengembang. “gue nggak akan bilang itu, tapi gue akan bilang yang
sebaliknya.”
“maksud lo?”
“gue akan menyuruh lo untuk terus menjaga perasaan
itu, karena gue merasakan hal yang sama terhadap lo.”
“apa? Bukannya lo..??”
“Ssssttt, maksud lo Tina, kan?”
Aku hanya menganggap dengan anggukan.
“dia hanya masa lalu buat gue, sejak kita mulai
deket dan suka ngobrol. Ternyata elo orangnya asyik, gokil, humoris dan gue
nyaman deket lo. Dan selama ini gue masih suka berkomunikasi dengan Tina, itu
karena gue pengen tahu gimana perasaan elo sama gue. Dan dari informasi yang
diberikan Tina, sepertinya lo juga suka sama gue. Ya, karena kalo nunggu elo
ngaku sendiri itu susah dan lama banget. Jadi dengan bantuan Tina dan anak
sekelas, jadilah semua ini.”
“apa Tina dan anak sekelas?”
“yupz! Tu mereka di belakang.” Ucap Damar sambil
menunjuk kearah pintu.
Aku terperangah dengan semua ini. Senang, malu
semua campur jadi satu. Tapi yang lebih dominan adalah malunya. Gimana enggak,
semua orang tau kejadian tadi.
“Oya… denger ya temen-temen, mulai sekarang Tya
adalah pacar gue, Damar Subekti. Oke!” ucap Damar sambil merangkulku.
“selamat ya Tya. Akhirnya lo punya pacar. Dan ini
adalah kejutan cinta buat lo, Tya. Karena ini adlah cinta yang nggak pernah lo
piker bisa dapatkan kan? Dan semua buat lo, Tya, sahabat terbaik gue.” Ucap
Tina yang mendekati kami berdua.
“ahh…, Tina……”
Akhirnya apa yang aku harapkan terkabulkan. Aku
berharap cinta-cinta yang lain juga tersampaikan kepada orang yang kalian
cintai. Dan jangan pernah menyerah untuk mencintai. Karena cinta adalah hal
terindah di dunia ini.
Sebelumnya... | TAMAT.
0 komentar:
Posting Komentar