Penulis: Asma Nadia
Bagi Neta, Mama adalah teman curhat dan partner
belanja paling asyik. Sementara Peter, teman sekelas Ken yang sering dijuluki
sebagai Anak Mami, dengan mata mengristal bercerita,"Punya Mami itu
spesial, Ken. Pelukan Mami paling oke, tempat paling hangat paling..."
Ketika Peter kehilangan kata-kata, Ken merasa
rindunya terhadap ibu semakin membukit. Seandainya saja ia terlahir sebagai
seorang peri. Dua kepak sayap keemasan menopang tubuh mungil melayari langit
tiap matahari terbit. Menuju rindu hingga langit ketujuh. Rindu. Sangat rindu
Tapi bagaimana mengeja rindu kepada yang sudah tiada?
Mereka bilang ibunya meninggal ketika Ken masih
berusia satu tahun. Mereka juga bilang, ibunya cuma masa lalu. Mungkin karena
itu tak satu pun pertanyaan Ken diangap penting untuk dijawab. Bagaimana ibu
meninggal? Di belahan mana bumi mendekapnya?
Sebab mereka, dengan cara yang sempurna, telah
memutus semua jejak, hingga tak ada lagi yang bisa dikenang. Ken sedih,
frustrasi. Setiap malam harus melukis wajah Ibu dalam kanvas imajinasi, dalam
khayal dan mimpi-mimpi. Seandainya saja terlahir sebagai seorang Peri, mungkin
ia bisa memilih dongeng yang lebih indah. Tapi Ken bukan peri..!
*Download novelnya di sini.
0 komentar:
Posting Komentar